Senin, 26 Oktober 2015

MATINYA PRIVASI

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.01 0 komentar


Saya sering menekankan pada diri sendiri, menasihati jangan sampai menyakiti. Memberi tahukan hal keliru, jangan sampai dianggap menggurui. Tapi kadang, saya masih susah menerapkan. Niatnya mengingatkan malah mendapat cacian, sering saya mengalami begitu.

Manusia makluk sosial yang tentu saja tidak bisa hidup sendiri. Jika memutuskan untuk membaur dengan khalayak umum, terkadang ada privasi yang hilang. Coba saja ingat hal ini: Ketika kita sudah terikat kontrak dengan perusahaan tertentu, maka jangan harap bisa bebas berlibur kapan saja di hari-hari kerja. Kita tidak keberatan, kan? Hal itu merupakan bagian yang telah disepakati. 

Konsekuensi. Nah, dalam berumah tangga, saya pikir juga demikian. Kita tidak lagi sok-sok-an minta pada pasangan supaya diberikan privasi supaya bebas melakukan kesenangan. Kenapa menikah jika masih ingin bebas? Kenapa berumah tangga kalau tidak mau terikat berbagai macam aturan? 
 
Meskipun privasi tidak lagi dimiliki, tetap saja masing-masing orang butuh dan punya Me Time. Sejenak bisa memanjakan diri. Tetapi masih tetap pada batasan. Me time beda dengan privasi. Tidak ada yang menegur jika kita tidak menyalahi. Tidak perlu ribut privasilah jika kita pandai membawa diri. 

(succes-family.blogspot.com)
"Selain itu, karena suami istri itu soulmate, maka keduanya tidak berjalan atau atas nama diri sendiri. Kemana dan dimana saja, masing-masing membawa nama pasangannya, walau secara fisik tidak bersama, tapi identitas pasangan akan selalu melekat. Itulah, suami istri itu bukan dua tapi satu. Suami istri itu memiliki privasi rumah tangga mereka, tidak boleh ada privasi suami atau privasi istri."


Devinisi dari sebuah hubungan, menurut saya ialah bersama-sama belajar menjadi manusia lebih baik dari masa ke masa. Saling melengkapi. Mengingatkan. Menerima. Saya rasa hal tersebut sudah mewakili banyak hal. Tidak perlu gengsi mengakui kelebihan pasangan. Tidak usah marah jika diingatkan ketika melakukan sesuatu yang bertentangan. Ingat, orang yang peduli akan banyak memberi tahukan hal-hal apa saja yang kurang baik jika dilakukan. 

Mungkin saya masih terlalu awam untuk membicarakan masalah ini, maka saya mengusung artikel dari blog berikut supaya Anda tidak merasa mengkal digurui anak kecil. :(

(keluargakecilsehat.blogspot.com)


Kesalahan dalam membangun hubungan rumah tangga

Saat menikah, kita sering menerima nasihat dari orangtua mengenai cara membentuk keluarga yang bahagia. "Sayangnya, tidak semua nasihat ini benar. Karena tanpa disadari, saran ini bisa memancing konflik besar yang bisa berakibat buruk pada pernikahan," ungkap konsultan pernikahan Indra Noveldy.

Beberapa kesalahan yang sering dilakukan pasangan dalam kehidupan pernikahan ini antara lain:

1. Menjadi orang baik
Banyak yang beranggapan bahwa menjadi orang baik bagi pasangan bisa menjadi jaminan pernikahan yang bahagia. Orang baik tidak selalu dapat membuat pasangannya bahagia, tidak berjudi, tidak ringan tangan, dan lain-lain. "Bukannya tidak penting menjadi orang baik, tapi menjadi orang baik saja belum cukup. Jangan pernah puas sudah menjadi orang yang baik, tapi berusahalah untuk selalu belajar menjadi yang terbaik bagi pasangan dalam segala hal," katanya.


2. Menerima pasangan apa adanya
Saran yang sering diberikan para orangtua saat Anda akan menikah adalah untuk menerima pasangan apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangannya. Ini tidak salah, hanya saja penerapannya membutuhkan situasi dan kondisi yang tepat, karena tidak adil bagi pasangan ketika ia selalu diminta untuk memaklumi sifat-sifat buruk Anda. "Kata-kata ini digunakan sebagai mantra sakti ketika Anda melakukan kesalahan," jelasnya.

Indra menambahkan, "mantra" ini merupakan salah satu tanda bahwa Anda tidak ingin berubah dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik untuk pasangan. Padahal, setiap langkah dalam pernikahan adalah proses pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik bagi diri sendiri dan juga pasangan.

3. Konsep "harusnya", "mestinya"
Pernikahan yang sehat dan bahagia adalah pernikahan yang tanpa tekanan. Namun sampai saat ini, masih banyak orang yang secara tak sadar selalu memberi tekanan pada pasangannya. Kalimat "Seharusnya kamu...", atau "Mestinya kamu..." secara tak langsung akan memaksa pasangan untuk selalu melakukan keinginan Anda. Jika memang menginginkan pasangan untuk menuruti keinginan Anda (dalam hal positif), hindari kata-kata yang penuh tekanan.

4. Mengalir seperti air
Kehidupan pernikahan yang penuh tekanan pasti tidak akan berjalan bahagia. Namun, pernikahan yang mengalir seperti air pun tidak membuat bahagia. Kehidupan pernikahan yang mengalir seperti air sekilas memang terlihat lebih bebas dan menyenangkan, tanpa adanya batasan mutlak dari pasangan. "Mengalir seperti air boleh saja, namun arah alirannya tetap harus diatur untuk meminimalisir konflik dan mencapai tujuan pernikahan," sarannya.

5. Mengalah
Mengalah merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menghindari konflik menjadi semakin besar. Mengalah belum tentu selalu benar dan tepat untuk mengatasi masalah. "Jangan pakai konsep mengalah, tapi yang paling penting adalah cobalah untuk mengerti," tukasnya.

6. Melakukan pembiaran
Ingin membahagiakan pasangan, bukan berarti membebaskan pasangan untuk melakukan hal-hal sesukanya, atau selalu memanjakan. "Ketegasan juga sangat dibutuhkan untuk memberi batasan, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak," saran Indra.

Saat pasangan melakukan kesalahan, sekalipun kecil, tegurlah dia agar tidak mengulangi kesalahan tersebut. Jangan sepelekan masalah kecil dalam rumah tangga, karena proses pembiaran ini akan membuat masalah menjadi besar. Selain itu, proses pembiaran akan membuat pasangan tidak berkembang dan tidak belajar menjadi lebih baik.

7. Menuntut dibahagiakan
Salah satu kunci sukses untuk membina rumah tangga adalah dengan konsep ikhlas dalam memberi. "Banyak orang berpikir, saat menikah mereka siap dibahagiakan. Padahal untuk bahagia, pasangan harus saling membahagiakan," jelasnya. Indra menambahkan, bahwa memberi merupakan hukum alam yang tak bisa ditawar dalam pernikahan.

8. Sudahkah Anda bersikap adil?
Salah satu bentuk ketidakadilan yang sering dilakukan adalah ketidakseimbangan antara jam kerja di kantor dengan waktu untuk keluarga. Dalam satu hari sekitar 12 jam dihabiskan untuk bekerja. Saat di rumah, biasanya Anda akan lebih menghabiskan waktu untuk beristirahat karena sudah terlalu lelah.

"Karena lelah, sesampainya di rumah Anda justru marah-marah karena berbagai hal kecil," jelasnya. Untuk mengatasi hal ini, ubah mindset Anda untuk memberikan yang terbaik pada keluarga dan bukan menuntut banyak hal dari mereka.

9. Waktu akan menyembuhkan segalanya
Banyak orang yang percaya pada ungkapan ini. Sayangnya hal ini tidak terbukti benar ketika menyangkut masalah yang terjadi dalam rumah tangga. "Waktu tidak akan menyelesaikan masalah, tapi hanya menyimpannya sementara, dan suatu saat bisa terbuka kembali dan berkembang menjadi lebih parah," ujarnya.

Indra menambahkan bahwa konsep ini juga "menipu" banyak orang untuk berpikir bahwa masa kritis pernikahan ada pada lima tahun pertama pernikahan. "Padahal tidak ada jaminan bahwa waktu dan lamanya pernikahan akan membuat Anda lebih kuat menghadapi masalah dan bebas konflik," jelasnya.

10. Privasi
Menikah merupakan proses penyatuan dua manusia menjadi satu bagian. Setelah menikah seharusnya tidak perlu lagi ada rahasia di antara suami dan istri. "Setelah menikah seharusnya tidak ada lagi tempat untuk kepentingan pribadi atau privasi," jelasnya. Keterbukaan dan kejujuran antarpasangan akan membantu menciptakan keharmonisan rumah tang

Mengalah sebenarnya hanya menumpuk masalah dan memicu bom waktu yang bisa meledak karena "sumbu" kesabarannya sudah habis. Saat mengalah sebenarnya masih ada perasaan kecewa yang tersimpan.

Minggu, 25 Oktober 2015

PESTA EUFORIA BIKIN PANIK

Diposting oleh Rumah Kopi di 23.36 0 komentar


Tidak dapat dipungkiri, manusia memang makluk paling S. Bukan SEXY (-_-). Jangan GR dah! S di sini kependekan dari SERAKAH. Termasuk saya. Haha. Manusia yang dianugerahi akal, sukanya ngakali. Kebanyakan kan begitu. Di sini saya tidak akan membahas tentang mengakali. Malu ah, buka kartu. :D
Satu di antara orang-orang yang diberi kemampuan lebih pada bidang tertentu, kadang-kadang masih saja sering panic jika menemukan euforia salah satu teman yang berhasil memenangkan kontes menulis, iri. Wajar sih, jika memiliki perasaan iri seperti itu, asalkan kita mengambilnya dari sisi positif semisal, melecut diri sendiri supaya lebih giat lagi dalam berkarya. Mengingat  bahwa sukses selalu berjalan linier dengan kerja keras dan tekun dalam bidang tersebut, maka jadikan keberhasilan teman sebagai cerminan untuk selangkah lebih terdepan. (Nyuri jargon Yamaha ini mah haha)


"Terjebak di zona nyaman, mematikan kreatifitas”

Boleh jadi kita memiliki bakat terpendam, namun jika hal itu tidak dipoles sedemikian rupa: tidak belajar, berusaha, serta lain sebagainya, sampai kapan pun jangan berharap lebih dari apa yang dimiliki saat ini. Ingat kan, bahwa mutiara itu awalnya terpendam dalam lumpur. Dan tentu saja agar nampak cling bling-bling begitu, harus melewati beberapa proses. Jangan hanya melihat hal-hal yang telah dicapai orang lain, kita juga mesti tahu rahasia dapurnya seperti apa! (jadi lapar kalau ngomongin dapur gini, keinget belum makan tadi …  )

Zona nyaman yang kita jalani, merupakan salah saru momok terbesar. Sebab, dari sana pelan-pelan membunuh kreatifitas. Saya pernah membaca hal ini di salah satu postingan teman, entah siapa saya lupa: “Seorang penulis biasanya sering mengalami banyak hal pahit dalam hidup, yang begitu itu menjadikan tulisan tidak monoton.” Ho oh statment itu benar adanya karena, tulisan yang terlahir dari pengalaman pribadi akan lebih memiliki roh. Selain itu juga menghemat waktu untuk observasi supaya tidak dicap sebagai penulis gadungan yang menceritakan hal yang belum terbukti kebenarannya. (Ya ampun, jadi penulis itu memang nggak semudah yang dibayangkan. Untung saya hanya jadi anak yang bai ya, Mak? :D).
Kembali berbicara mengenai zona nyaman. Kita yang kebetulan saat ini diberi kesempatan merasakan zona nyaman, tidak ada salah juga sih, menikmati hal itu sebab, bisa jadi selama ini kita telah melewati banyak ketidaknyamanan hidup. Ya, seperti yang saya sampaikan di atas, jika ingin berhasil harus berani bertindak. Tidak perlu keluar dari zona nyaman, namun terus memutar otak menggali potensi yang bisa kita kembangkan. Memanfaatkan kisah hidup yang dulu, dikemas menjadi sebuah karya yang bisa menghasilkan dan juga dijadikan bahan pembelajaran untuk orang-orang yang menikmati karya tersebut. Mumpung masih muda. Dan ingat, bahwa yang mengangkat derajat manusia sehingga kita tidak diremehkan orang lain, salah satunya prestasi apa yang telah dicapai dalam hidup.


“Anggur merah, semakin lama difermentasi, hasilnya semakin wah. Sementara niat, jika hanya dipendam lama-lama akan menguap dibawa setan.”

Abaikan peribahasa di atas. Ntah dari mana saya bisa merangkai kata-kata konyol seperti itu. :D Manusia itu, selain suka ngakali sesame, penyakitnya yang tak kalah kronis ialah P. (Biasa aja, nggak usah nyegir. Nggak bermaksud memuji ini. L ) Yap! Lagi-lagi saya menyingkat huruf yang kesannya ambigu. P adalah kependekan dari PEMALAS bukan PINTAR. Ya, kalau punya niat doang dan hanya dipendam, bagaimana bisa produktif? Ngapain sih, berjam-jam melototih HP? Mending main trading yang sewaktu-waktu mengamati pergerakan saham. Lha kebanyakan dari kita, eh saya sendiri sering melakukan hal-hal yang tidak berguna, entah kenapa demen banget melongo mantengin HP. Ya, ampun …. Sudahi ketololan ini. Jangan ngarep mesin aneh-aneh yang terdapat dalam kantong ajaibnya Doraemon, tidak ada yang bisa mentransfer ide yang bersemayam dalam otak, menjadi sebuah karya yang bisa dinikmati? Bergeraklah. Lakukan. Mungkin hasilnya tidak akan nampak secara instant (Ingat ini proses kreatif, bukan proses ngebuat indomie :D )

Mereka, para senior dalam bidangnya masing-masing, tentu sudah memiliki jam terbang yang amat tinggi. Jadi jangan heran kalau kemampuannya mempuni. Dan meskipun kita sebagai newbie bukan berarti boleh memanjakan diri sendiri, memaafkan diri sendiri yang suka memendam niat. Memendam niat sama dengan kejahatan. Ya, jahat karena telah memenjarakan ide-ide yang siapa tahu bisa menginspirasi seseorang, semisal ide tentang BAGAIMANA MENJADI PENGHUNI SYURGA TANPA MEYAKITI SESAMA? Dengan dalih syurga, maka dengan gampangnya berpoligami, atau menjadi ativis jihat pelaku bom bunuh diri di beberapa tempat. Ya, kali kalau kita mampu berbagi ide tentang konten-konten yang bisa mencerhakan khalayak ramai seperti itu, bukankah dapat pahala juga. Keren kan?



"Jangan minder atau takut tulisannya dibilang norak. Ingat senior-senior itu dulunya juga pernah norak seperti kita.”

Penyakit yang susah dihilangkan adalah M. Langsung saja, ya! M itu minder. Yaelah, kalau tidak usah berkecil hati kalau tulisannya masih jauh dari kata KEREN sebab, senior yang jago dalam bidangnya, dulunya juga pernah menjadi seperti kita. Yang membedakan dari kita (kita baca pemalas) adalah, meskipun dibilang tulisannya jelek dan tidak bermutu tetapi mereka tidak pantang menyerah smpai-sampai yang menghujat dulu, membalik badan menjadi penjilat. Eh, salah! Menjadi mengagumi atas kerj keras selama ini. Jadi, buang jauh-jauh minder yang tidak penting itu. 

Demikian nyinyir saya hari ini, sampai jumpa esok di kemduan hari. :D

Sabtu, 24 Oktober 2015

LATAH

Diposting oleh Rumah Kopi di 14.30 0 komentar
    Foto: By @Amirul Nikmah

Semenjak munculnya postingan mengenai cara menabung yang unik, rupanya banyak menginspirasi teman-teman pengguna sosmed yang akhirnya latah melakulan hal serupa. Tak ketinggalan mereka yang bekerja di Taiwan. Yap! Sepertinya, masyarakat kita mudah sekali terjangkit virus ikut-ikutan. Kata orang jawa sih, "Rubuh gedang". Untungnya, hal yang ditiru ini baik. So far jika sanggup mengaplikasikannya dalam jangka waktu lama, pasti keren. SEMANGAT!

Setiap fenomena baru, pastilah ada pro dan kontra. Aku sendiri sih, bukan termasuk di antara golongan keduanya. Setiap orang memiliki hak personal atas apa yang hendak dilakukannya. Menabung adalah investasi. Investasi sendiri bagiku tidak melulu dalam bentuk penyimpanan uang seperti itu. Aku mah pengennya menggendutkan investasi amalan, bekal hidup di akherat sana. Investasi itu berupa mensejahterakan orangtua. Eciiieee udah mewarisi ilmunya Mamah Dedeh

Sempat greget juga waktu melihat beberapa postingan wira-wiri di beranda. Mereka yang sudah terinspirasi, langsung mengaplikasikannya. Tak lupa, sekonyong dipamerkannya di khalayak dumay pada umunya. Ih! Bikin sirik tauk! Sirik tandanya ingin begitu tetapi tidak mampu. :(

Well! Mungkin ini terlalu naif jika dalam hati aku berkata, please lah! Pikirkan juga mereka  yang hidupnya tidak seberuntung kalian. Yang mau beli makan saja susahnya tak karuan. Boro-boro menyisihkan uang untuk ditabung, buat beli shampo aja bingung. Itu mah aku banget. :(

Ini serius. Aku salah satu orang yang kurang beruntung itu, yang tidak punya receh untuk ditabung. Bagaimana bisa menabung? Sementara, hasil kerjaku satu bulan, hangus sesaat kuterima slip gajian. Meskipun begitu ada hal yang tak kalah menyenangkan. Iya! Kebahagian seorang anak, jika bisa mentransfer uang buat Ibu-Bapak. Walaupun gajianku hangus di hari  sama saat menerimanya, tak apalah ... Yang penting rumah kebeli, bisa ikut asuransi. Uwuwuuuuu senang sekali! ^_~

Demikian nyinyir hari ini, sampai jumpa esok hari. :D


Jumat, 23 Oktober 2015

LOST IN TAIPE

Diposting oleh Rumah Kopi di 16.49 0 komentar
    Kenangan saat ngopi-ngopi cantik :D



Untung ya, rindu itu cuma setengah mati. Jadi yang setengahnya, bisa dipake menulis di blog seperti ini. Terima kasih De Masive, udah nyiptain lagi itu. 
(Peyuk-Peyuk :D )

Sebelum membahas tentang rindu serta saudara-saudaranya yang akhir-akhir ini sering mendatangiku layaknya depkolektor yang menggedor pintu hati, yang sering membuatku beringsut menahan nyeri, aku mau bercerita tentang pengalaman seru. Yap! Kesasar.

Uh! Sudah lima tahun lebih tinggal di Taiwan, masih saja aku tidak hapal jalan. Apalah aku ini? Naik bus nyasar, naik taxi kebablasan, naik sepeda tersesat di asrama polisi, sampai-sampai jalan kaki pun pernah hilang. Oh iya, tak ketinggalan ketika naik kereta bawah tanah, juga nyasar. Bukan bangga. Bukan .... Tetapi sebenarnya, kesasar itu aku memaknainya begini: Itulah cara Allah menunjukkan tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Keren, bukan? (Blushing haha

Kemarin, sepulang dari tugas negara, di bawah lindungan payung hitam (udah kek lagunya Tante Iis Dahlia) pokoknya aku menerobos hujan yang amat lebat. Pertama kalinya, pulang dari tempat itu naik bus. Si bos memberitahuku, bahwa bus nomer 212 lah yang bisa membawaku pulang (eitz jadi keingat sama kapaknya Akang Wiro Sableng 212 juga kan? :D )

Sebagai anak buah yang baik, maka menurutlah diriku mengikuti petunjuknya. Ketika dari jauh melintas bus dengan nomer 212 aku pun tersenyum senang. Berarti halte yang aku cari, tidak jauh dari tempatku berdiri. Nah, tanpa babibu, aku lari-lari kecil menuju ke sana. Tanpa berpikir panjang, bahwa bus yang membawaku pulang, seharusnya ada di jalur kanan, persis seperti tempatku berada saat itu. Tetapi, entah karena dorongan lapar atau apa, malahan menyeberang. Mengambil jalur kiri kemudian pulang.

Setelah lampu merah, bak anak panah dilepas dari busur, aku berhambur menuju halte. Selang beberapa menit, bus yang kutunggu menampakkan mukanya yang persegi panjang seperti bus-bus pada umunya. :D 

Sejam lebih berada di bus, aku merasakan ada yang aneh. Sedari awal, aku benar-benar tidak mengenali setiap sudut kota Taipe yang menjadi rute bus itu. Uh! Baru sadar jika aku salah jalur, setelah sampai di tempat praktir dokter, di sector 3, nomer 250, Zhong Shau West rd. Sial! Sejauh itu rupanya aku kesasar. Akhirnya, aku memutuskan untuk turun di halte berikutnya. Kemudian mencari bus nomer 270 yang biasa aku tumpangi, ketika membantu nenek mengambil obat. 

Perjalanan yang harusnya memakan waktu 15-20 menit, harus aku lalui selama 2 jam. Uh! Kalau saja, aku tidak tergesa-gesa, memakai logika bahwa arah jalan pulang itu tentu saja di jalur kanan, sekiranya aku tidak perlu kesasar sambil menahan lapar.

Emmm! Sejauh apapun langkah ini menyesatkanku, namun begitu akhirnya aku berhasil menemukan jalan pulang. Tetapi, ketika aku nyasar di hatimu, aku tidak pernah ingin tahu bagaimana caranya keluar. Malahan, semakin hari kian masuk ke dalam dan rindu ini kian liar. (Eaaaa blushing again) 

Ketika terpisah jarak, entah kenapa orang-orang lebih suka mendatangi tempat-tempat yang dulu pernah dikunjungi bersama pasangannya! Hal itu tidak berlaku olehku. Bagiku, akan lebih menyakitkan jika aku berada di tempat yang mana gelak tawa, serta senyummu yang kaku, pernah membaur dengan senyumku yang malu-malu sambil mencuri pandang binar matamu yang terik. Aku tidak mau membeku di tempat yang mana, kamu lebih banyak bicara, lepas, bercerita apa saja semisal, tentang  kucing yang dilempar ke sumur oleh keponakanmu, keempat sahabatmu yang sudah beristri, tentang Ibu-Bapak, Kakekmu yang berdarah batak.

Ketika rindu, aku hanya menulisnya menjadi sebuah cerita, yang kelak ketika semesta berbaik hati mempersatukan kita, akan kubaca ulang perihal cerita rindu ini sambil tertawa-tawa bahwa aku pernah senaif ini saat masih muda. 

Demikian nyinyir hari ini, besok disambung lagi. :D

I'm Sorry

Diposting oleh Rumah Kopi di 09.08 0 komentar

   Foto: by IG (unknown)

Sisa hujan serta dinginnya angin pagi, berhasil mengalahkan kekebalan tubuhkuku. Tetapi, keduanya tidak mampu menghapus rindu yang menggerus hatiku. :(
(sekadar informasi, aku sedang flu *falling in love with you* bukan itu, ini flu yang sebenar-benarnya tauk!)

Selamat pagi, Sayang. Maaf atas pertengkaran semalam. Aku tahu, tidak seharusnya kekanak-kanakan seperti itu. Aku paham, kamu tersiksa atas kelakuanku yang membiarkan emosi menguasai hati dan pikiran. Namun sefrontal apapun tindakanku itu, tak lain adalah caraku supaya tidak seorang pun bisa memperlakukanku sembarangan. Dan dengan begitu, kamu tidak perlu khawatir ketika berjauhan denganku, tentu saja aku bisa menjaga diri.

Aku bukan wanita lemah yang menangis meratap-ratap atas kejamnya kehidupan. Mungkin saja dulu aku pernah begitu bodoh, namun aku belajar banyak dari masa silam. Barangkali kamu perlu tahu, sebenarnya, aku tidak ingin mengungkit hal-hal yang telah berlalu. Seperti dirimu, yang benar-benar pawai membungkus masa lalu serta rahasia-rahasiaku. Ah, kamu memang selalu berhasil membuatku jatuh cinta dengan cara-caramu sendiri. Aku tidak sedang menggombal supaya kamu tidak lagi marah denganku. Aku bicara tentang sesuatu yang benar-benar ada.

Kembali soal pertengkaran semalam, penyebabnya bukan karena aku mencari-cari kesalahan. Lebih dari itu, aku berharap suatu saat kamu lebih bijak dalam bertindak. Tentu saja aku bangga jika mempunyai pasangan yang rela mengorbankan dirinya demi orangtua, namun ada mekanismenya, kan? 

Kamu harus realistis bahwa pengorbanan itu seharusnya jangan sampai merugikan diri sendiri semisal, tidak bisa makan. Bukankah tubuhmu itu, satu-satunya aset yang kamu miliki saat ini. Kalau kamu sakit, tentu saja merugikan diri sendiri dan juga membuat khawatir orang-orang yang menyayangimu. Bukan hanya itu, bagi kami yang menaruh harapan besar padamu, apa jadinya jika harapan itu rubuh. 

Sesuatu yang sudah terjadi, memang tidak patut diungkit lagi. Aku berharap, kedepannya kamu tidak mengulanginya. Saat ini, kebahgiaanku bukan sekadar mendapat hadiah atau semacamnya, Sayang. Tetapi, kabar-kabar baik darimu sudah berhasil membuatku berbunga-bunga, tentu saja. Ya Allah semoga kamu tidak salah memahami arti kemarahanku padamu. Aku hanya ingin yang terbaik. Kalau aku tidak memegang uang, aku masih bisa makan kenyang. Tapi lihat bagaimana denganmu? Ayolah ... Dewasalah bersamaku. 

Aku ingin kamu kuat dan tidak mudah menyerah dengan keadaan. Karakter manusia terbentuk dari berbagai macam kesulitan yang berhasil ditaklukkan. Aku tahu, betapa sulitnya menyesuaikan diri dengan hal-hal baru. Tapi siapa, siapa yang tidak mengalami masa seperti ini. Namun mesti diingat, semua hanya akan menjadi masa lalu dan kenangan karena waktu terus bergerak membawamu selangkah lebih dekat dengan impian. 

Aku minta maaf. Aku tidak ingin kamu memaksa untuk mengorbankan sesuatu yang akhirnya memberatkan langkahmu. 

I love you more and more ....

Minggu, 18 Oktober 2015

AKU SEMPAT PUPUS

Diposting oleh Rumah Kopi di 19.11 0 komentar

   Foto: by me


Aku pikir, definisi sayang itu sama halnya merelakan diri dengan menjadi orang bodoh. Menunggu-nunggu saat di mana kamu pulang kerja, misalnya. Atau menghitung detik ketika kamu bangun tidur. Saat itu, aku sudah mempunyai segudang cerita yang hendak kusampaikan padamu. Hanya padamu. Tetapi ternyata, itu adalah pekerjaan paling menjijikkan, katamu begitu. Tapi aku tidak merasa begitu. Apa kamu tahu, karena begitu berharganya waktu yang aku lalui bersamamu, sehingga apa pun itu, sekecil apa pun itu, terasa istimewa. Tidak denganmu. 

Kamu lain denganku. Kamu memilih memanjakan dirimu tenggelam dengan dunia maya, sesat setelah membuka mata, melihat-lihat entah apa? Barangkali itu lebih penting dari pada seseorang yang katamu adalah 'istri' yang sedari tadi menahan diri membiarkanmu tidur dengan damai, yang baru akan kamu sapa setelah beberapa saat kamu bangun tidur. Dan kamu akan bilang "Mase eek!" Menyebalkan.

Barangkali itu bedebah bagimu, harus melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan inginmu. Mengabari setiap saat, mendengar suaraku di ujung telpon, berisik. Aku bahkan tidak sadar jika kamu keberatan atas permintaan-permintaanku. 

Hatiku kering. Aku tidak lagi menjadi bodoh karena mencintai. Aku pikir, seiring berjalannya waktu, kamu akan berubah. Menjadi pohon beringin. Akarmu kuat. Daunmu lebat. Dan aku seperti kepompong kecil menggelantung di ranting. Senang sekali. Kamu membuatku teduh. Tapi itu semua hanya khayalan. Aku sadar, ini bukan negeri dongeng. Di mana, daun-daun tidak selamanya gugur ketika sudah kering. Ternyata, daun yang masih hijau pun bisa gugur tertiup angin. Begitu pula komitmen, tidak selamanya berakhir pada jenjang pernikahan. 

Aku menaruhmu di atas sederet kepentinganku. Kamu meletakkanku berada pada tumpukan barang-barang yang tidak penting-penting amat. Bahkan, aku kalah dengan klub bola kesukaanmu itu di mana, kamu akan marah-marah saat aku mengacaukan acara nonton bola spurs. Sepur apaan? Sepur tumbuk? :(

Cinta membuat orang menjadi bodoh. Tidak selamanya. Tapi kenyataan seperti itu memang ada. Hei, aku bukan boneka yang ketika diputar bagian belakangnya, saat batrey penuh, aku berputar-putar, lucu menggemaskan. Aku manusia  yang jika kamu perlakukan sembarangan sesuai dengan keinginanmu, bisa berontak tak terima.

Tapi siapa bilang aku tidak terima? Bahkan, aku yang sebenarnya benci laki-laki kasar, laki-laki impulsif, laki-laki yang ingin dimanjakan, entah kenapa aku mendadak dungu karena mencintamu, aku masih berpihak padamu. Terus saja begitu. Sekali lagi, entah bagaimana aku bisa mencintai seseorang sepertimu? 

Aku memupuk harapan itu seorang diri. Berharap suatu hari hatimu luluh pada keuletanku yang terus ada setiap waktu. Aku yakin, waktu akab berpihak padaku. Kamu mungkin mencintaku penuh. Cintamu banyak padaku, sayangnya kamu menunjukkannya dengan sedikit. Dasar pelit. Hei! Aku bukan dukun yang bisa menebak-nebak isi hatimu. 

Rabu, 14 Oktober 2015

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Diposting oleh Rumah Kopi di 01.56 0 komentar
Foto: By Me




1. Perbedaan manajemen SDM berbasis kompetisi dan SDM berbasis talenta;

* Manajemen SDM Berbasis Kompetisi-> diartikan sebagai suatu proses perancanaan, pengirganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian seluruh aktivitas SDM dalam organisasi. Proses pengambilan keputusan, diambil berdasarkan kebutuhan kompetensi yang  telah ditetapkan. Dalam sistem ini manajamen SDM berbasis kompetisi, maka dijadikan fondasi yang memadukan  fungsi-fungsi manajamen SDM yang meliputi perencanaan, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, budaya kerja, kompensasi dN penghargaan sampai pada pengembangan karier dan pensiun. 

* Manajemen SDM Berbasis Talenta -> merupakan pengembangan dari manajemen SDM berbasis komepetensi. Manajemen Berbasis Talenta, ditunjukkan untuk mengoptimalkan sitem pengembangan SDM melalui program penyiapan SDM berbakat yang memiliki kompetensi dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara peofesional. Dalam hal ini, setiap orang yang memiliki bakat tertentu akan dieksplorasikan untuk mengisisi suatu posisi tertentu yang sesuai dengan bakat yang dimiliki sehingga orang-orang tersebut mampu menghasilkan kinerja yang optimal dan mampu menciptakan keunggulan kompetitif organisasi. 

2. Mengapa dalam pengembangan organisasi diperlukan organisasi belajar? 

Organisasi belajar berperan membekali organisasi dengan basis pengetahuan dalam rangka memenangkan persaingan. Organisasi belajar sangat diperlukan organisasi terutama dalam menghadapi perubahan lingkungan yang sangat cepat. Bagi para eksekutif dan manajer yang menyadari pentingnya organisasi belajar, pasti membutuhkan pedoman yang jelas dan langkah-langkah praktis untuk merealisasikan organisasi belajar dalam proses manajamen. 

Dalan kegiatan dengan pengembanagan organisasi dan peningkatan lingkungan kinerja, Miarso (2002) mengemukakan beberapa alasan mengapa saat ini diperlukan organisasi belajar? 
1.) dalam rangka pembangunan ekonomi  yang berkelanjutan, kita tidak lagi dapat mengandalkan pada tersedianya tenaga kerja yang banyak dan murah, melainkan tenaga kerja yang terdidik dengan baik. Terlatih dengan baik dan menguasai informasi informasi dengan baik. 
2.) pengembangan organisasi lebih berorentasi pada lingkungan internal dianggap tidak tepat lagi. Sejalan dengan gerakan masyarakat informasi maka organisasi perlu menguasai informasi mengenai lingkungan secara komprehensif. Organisasi memerlukan, lebih banyak tenaga kerja berpengalaman (knowledge worker). 

3. Bagaimana organisasi belajar diimplementasikan dalam suatu organisasi? 

Dalam rangka mengimplementasikan organisasi belajar dan pengembangan dalam organisasi dan manajemen secara terintegrasi diperlukan analisis kebutuhan pembelajaran dan kompetensi. Antara lain; apa pelajaran yang dibutuhkan, siapa yang mebutuhkan, kompetensi apa yang ingin dicapai, serta bagaiamana mengukur keberhasilan pembelajaran. Hasil analsis kebutuhan pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk menyusun program-program pembelajaran dan implementasinya, kemudia mengukur tingkat keberhasilan serta dampaknya terhadap kinerja perusahaan. 

Peran dan tanggung jawab pimpinan menjadi kunci keberhasilan bagi implementasi organisasi belajar dalam manajemen perusahaan. Pasa dasadnya, belajar merupakan tanggung jawab semua pihak. Tetapi pemimpin dapat memberikan bantuan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendorong pembelajaran bagi seluruh kawan. 

Rabu, 07 Oktober 2015

APA YANG KAMU BANGGAKAN?

Diposting oleh Rumah Kopi di 12.48 2 komentar
Foto by: waralaba.com


Lalu bagaimana dengan kamu, yang hidupnya hanya dimulai dari turun ke ranjang sampai kembali ke ranjang tanpa tujuan yang jelas! Apa yang dibanggakan menjadi seorang kamu?


Dulu aku berpikir, bahwa aku tidak perlu menjadi yang terhebat dalam satu bidang tertentu. Pokoknya, aku mesti bisa segalanya. Apa pun itu. Aku ingin belajar banyak hal. Tentu bukan tanpa alasan. 

Jadi begini, dalam benakku, jika bisa belajar banyak hal dan ya paling tidak, aku bisa menguasai separo dari apa yang kupelajari tersebut, itu sudah menjadi titik aman. Misalnya, jika aku gagal dengan satu bidang ini, tidak perlu sedih-sedih amat sebab masih ada bidang lain yang bisa membuatku tetap semangat.

Namun seiring berjalannya waktu, aku sadar bahwa hidup adalah perkara serentetan prioritas.

                 "Aku tidak bisa
                mengunyah makanan 
                sekaligus menyeruput
                kopi."

Ya kali, aku bukan robot yang otaknya terprogram untuk melakukan hal-hal sesuai aturan. Aku juga mesti mengingat, bahwa aku terbatas. Saat mengunyah makanan, tentu mulutku serta seluruh bagiannya, konsentrasi mengerjakan hal tersebut. Sementara, menyeruput kopi adalah pekerjaan yang sama-sama dilakukan oleh mulut tetapi dengan gerakan yang berbeda. Nah, tentu aku harus mendahulukan salah satunya. Mengunyah dulu, mungkin. Kemudian setelah menelan makanan itu, barulah aku bisa menyeruput kopi. 

Boleh jadi wacana dalam benakku banyak sekali. Namun, harus ada yang diprioritaskan, karena jika tidak, justru aku akan kehilangan segalanya. Kehilangan di sini bukan melulu soal kegagalan. Tetapi jika aku mempelajari sesuatu dengan setengah-setengah, maka hasilnya tidak akan memuaskan. Keberhasilan adalah persamaan matematik dari kerja keras ditambah dengan rajin. Kerja keras tidak hanya dilakukan dalam jangka waktu yang bisa dihitung menggunakan jumlah jari tangan maupun kaki. Kerja keras saja tidak cukup. Paling penting adalah kesinambungan atas apa yang sedang dilakukan. Bahasa gampangnya, rajin dan telaten. 

Mana mungkin, sesuatu yang kita kerjakan memberikan hasil secepat sulap. Memasak saja, ada banyak proses  yang mesti dilakukan. Jadi, jelas kan bahwa segala hal butuh waktu. Dan tak terkecuali untuk mencintai apa yang sedang digeluti hari ini. 

                   "Serakah hanya 
                        akan mencalakakan
                    diri sendiri."  

Sebagai wanita muda, tentu saja aku juga ingin seperti yang lain. Bisa bekerja, nyambi kuliah, berkarya. Dengan begitu otak dan jiwaku tidak beku pada satu hal yang menguras seluruh perhatian. Namun, adakalanya tidak selalu, aku harus mengutamakan satu, dua, di antara yang lainnya. Rasa-rasanya, 24 jam yang telah menjadi patokan menengarahi sehari semalam, tidak cukup buatku. Tetapi, ragaku tidak sehebat gejolak yang selalu ingin belajar dan melakukan banyak hal. Kalau aku tetap memaksa, bekerja dan lain-lain sampai-sampai aku hanya tidur 3-4 jam semalam, yang ada kondisiku malah menurun. Keesokan harinya, aku tidak dapat mengemban kewajibanku dengan baik. Alhasil malah dimarahi atasan. Runyam! Sial! Benar sekali kan, serakah hanya akan mencelakakan diri sendiri. 


".                  "Sawang sinawang"           
P
PPernah sih, satu, dua kali, terbersit kegundahan manakala melihat orang lain mencapai suksesnya. Wah, enak temen yo dadi si Anu kae, ngopo-ngopo iso. Tapi, belum tentu dia yang aku anggap hidupnya enak tersebut, benar-benar menjalani tanpa kesulitan. Orang hanya bisa melihat dari apa yang tampak oleh mata, selebihnya itu banyak sekali gumpalan-gumpalan rahasia dibalik semuanya.

Paling penting dari hidup adalah memiliki suatu tujuan. Dengan begitu, aku tahu apa yang harus kulakukan untuk mencapai tujuanku tersebut. Prioritasnya adalah bekerja, selebihnya adalah hal yang mesti dilakukan setelah merampungkan pekerjaan. 

Kembali berbicara soal tujuan hidup. Ya, manusia bahagia adalah mereka yang tahu apa tujuan hidupnya, 'kan? Hidup adalah perkara yang kita lakukan hari ini, serta PR mengenai apa yang mesti kita perbuat nanti. Menikah dengan laki-laki yang tepat, merampungkan pendidikan, menyelesaikan tanggungan-tanggungan. 

Barangkali, saat ini banyak sekali kesulitan untuk mencapai tujuan, namun di sinilah keyakinan itu diuji. Keyakinan bahwa hal sulit akan berlalu, kemudian sampai saatnya hari itu tiba di mana yang dianggap mustahil menjadi mungkin, kepuasan itu tercermin dari bibir yang tersungging. 

Jaku tidak boleh berkecil hati, apa yang kulakukan mungkin belum bisa disebut 'hebat' tetapi aku juga tidak lupa bersyukur bahwa setidaknya aku bisa bertahan dan mampu menjalani hidup dengan baik.

Lalu bagaimana dengan kamu, yang hidupnya hanya dimulai dari turun ke ranjang sampai kembali ke ranjang tanpa tujuan yang jelas? 

Demikian acara nyinyir hari ini, sampai jumpa  pada kesempatan berikutnya. 😇

B


 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting