Selasa, 25 Agustus 2015

Perihal Kesialan Dan Tanggung Jawab Membahagiakan

Diposting oleh Rumah Kopi di 12.28 0 komentar
Saya tidak sedang berbohong ketika bercerita, bahwa satu bulan belakangan, tidak lagi berkutat dengan keyboard--laptop. Bukan karena malas atau apa, tentu saja kesibukanlah yang membuat hal ini terjadi. Disibukkan tentang urusan di luar urusan pribadi. Tetapi saya tidak menyesal. 

Saya pikir, hidup itu tidak jauh beda dengan proses memasak. Sama halnya dengan bumbu masakan yang terdiri dari bermacam rempah-rempah supaya olahan menjadi lezat, hidup juga terdiri dari berbagai kejadian. Semisal, sakit akibat pembengkakan gusi, senang karena baru saja memenangkan lotre, terharu oleh pujian nenek yang baru saja dibantu menyeberang lalu lintas, seperti itu. Dan keaneka ragaman tersebut yang membuat hidup tidak monoton. 

Kadang-kadang ketika lelah, saya suka menyumpah-nyumpah dalam hati. Oh ya ampun, betapa tengiknya hidup ini. Berbuat baik pun tidak berarti kita terhindar dari konflik. 

Saya pikir, ada yang lebih penting dari pada mengumpat, menyesali kesialan. Yaitu bagaimana mengubah kesialan tersebut menjadi hal yang patut disyukuri kelak. Kalian boleh tertawa sinis. Tapi ingat kembali, siapa yang bisa mengubah nasib selain diri sendiri? 

Kesedihan itu perlu dinikmati. Kesalahan pun butuh diresapi supaya kelak, saya tahu bagaimana berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak lagi berkubang dalam hal serupa. Kamu juga pasti paham ini. 

Bukan lantaran memiliki banyak uang, lalu begitu saja rela meringankan beban orang-orang di sekitar saya, lebih dari itu saya pikir hubungan baik dan kebahagian  mereka lebih berharga dari pada uang. Saya juga paham, perihal membahagiakan orang lain bukanlah tugas saya, tetapi bukankah hidup akan lebih berguna jika bisa menghadirkan semangat hidup mereka. 






Minggu, 23 Agustus 2015

Jangan Bawa Kambing Hitam

Diposting oleh Rumah Kopi di 08.28 0 komentar
Seminggu sudah Bapak dirawat di rumah sakit. Syukur alhamdulillah, keadaanya jauh lebih baik. Kemarin siang keluar dari ICU. Kondisi jantung, tekanan darah, kadar gula, stabil. Mendengar kabar baik ini, rasanya seperti mendapat pinangan pangeran berkuda pink. :D 

Terima kasih pada Allah SWT yang telah memberikan pengampunan dan kesempatan sehingga Bapak bisa kembali berkumpul bersama keluarga. Senang sekali. Semangat itu sontak muncul seperti jamur di musim hujan. 

Oh iya, sedikit menceritakan kilas balik sebelum Bapak jatuh sakit. Sebagai anak pertama, saya lebih dekat dengan kedua orangtua. Bukan bermaksud narsis sih, membanggakan diri sendiri. Saya rasa, menyayangi orangtua itu tidak ada batasan. Ketika sudah berumah tangga kelak, saat masing-masing anak bapak memiliki keluarga baru, porsi kasih sayang pada orangtua harus tetap seimbang dengan apa yang diberikan oleh sang anak pada keluarga barunya. Menurut saya sih begitu.

Seminggu sekali, saya telpon ke rumah. Yah, meskipun zaman sudah super maju tapi sayangnya pemakaian internet di Indonesia, dibatasi kuota. Hal itu yang menjadi penghambat komunikasi. Maklumlah, uang sebesar Rp 50.000-100.000,- bagi orangtua mah bukan jumlah sedikit jika mesti dibelikan pulsa untuk internetan. Lagi pula, mereka kan tidak alay, baperan, yang setiap melakukan aktivitas, ke sawah misalnya, lalu buru-butu up date status di FB. Twitter. Path. Etc (bayangno nek ngunu temenan) 

Karena alasan itulah, saya menggunakan sambungan seluler jarak jauh yang tahu sendirilah mahalnya amit-amit jabang demit. Sedikit tapi berkualitas dari pada banyak tapi tidak berguna sama sekali. Itulah prinsip hidup saya. Dalam obrolan yang hanya terjadi seminggu sekali tersebut, saya pergunakan dengan sebaiknya. Menanyakan kabar, sudah pasti iya. Mendengar keluh kesah mereka tentang harga pupuk yang naik, harga daging ayam, daging sapi yang ikutan naik, tentang tetangga yang ikutan naik (eh yang ini mah ngawur hihi) pokoknya dengan bercakap-cakap seperti itu, membuat hubungan kami tetap hangat. Saling memerhatikan. Menyemangati. Mendoakan. Dan tidak lupa saya berkata, tunggu satu dua hari mungkin transferannya sudah masuk. Mereka senang. Meskipun tidak mengharapkan hal itu dari anak-anak, tetapi sebagai anak yang tumbuh dari tetesan keringat orangtua, sejumlah uang yang mengalir ke rekening mereka itu, adalah segelintir bentuk balas budi. Itu saja.


Apa yang paling menyebalkan ketika orangtua sehat, si anak seolah-olah lupa jika dirinya pernah meminum asi dari ibu, tumbuh dari tetesan keringat bapak? Lantaran sudah bisa mencari penghasilan sendiri, pernah sesekali membantu kebutuhan ekonomi, kemudian pelan-pelan menjauh. Telpon ketika butuh. Begitulah. 

Ajaibnya sih, manakala satu dari orangtua jatuh sakit, si anak tergopoh-gopoh menunjukkan kepeduliannya. Panik yang hebat. Seakan dirinyalah yang paling menyayangi, berbakti, bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan bapak. 

Barangkali inilah yang dinamakan topeng kehidupan. Begitu banyaknya rupa-rupa, kemudian tinggal mencomot satu dua sesuai dengan keadaan saat itu. Aku pikir pasti lelah berperilaku seperti itu! 

Dan ada yang harusnya dihilangkan dari muka bumi ini, yaitu saling melemparkan masalah. Mengkambing hitamkan sekitar atas apa yang sedang terjadi, adalah wujud kekerdilan otak manusia. Ya, barangkali benar, ketika panik kita susah berpikir logis. Amarah dan kebencian adalah wujud nyata dari dendam. Menuding ke depan dengan jari telunjuk, bukankah keempat jemari yang bersembunyi di balik punggung tangan itu, mengarah pada diri sendiri. Artinya, dengan menjelekkan orang lain, dirimu lah yang jelek.

Tidak apa-apa jika apa yang telah saya korbankan, tak banyak yang tahu. Lagi pula, bagi saya senyum dan restu orangtua, lebih penting dari pada pengakuan manusia yang tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. 

Kita berlomba-lomba berbuat baik, bukan semata biar di 'wah' tetangga maupun sanak saudara. Lebih dari itu, semua hanya untuk mendapat ridho dari-NYA. Sesederhana itu. 





Selasa, 18 Agustus 2015

MENYALAHKAN TUHAN

Diposting oleh Rumah Kopi di 09.04 0 komentar
Bolehkah aku tidur sebentar? Aku butuh istirahat. Entah berapa hari, aku tidak pernah benar-benar bisa terbuai di alam mimpi. Aku butuh tidur. Kurasa ragaku sudah lelah. Tetapi entah kenapa, jika itu kulakukan--aku merasa bersalah. Ketika membayangkan sosok Bapak tengah berbaring melawan mautnya, bagaimana mungkin aku bisa tenang merebahkan diri, memejamkan mata. 

Aku tahu, tidak ada gunanya menyiksa diri seperti ini, tapi apa yang bisa aku lakukan untuk mengusir kegelisahan barang sejenak? Bayangan Bapak dengan segala pengorbanannya di masa lampau, tiba-tiba muncul begitu saja di pelupuk mata layaknya proyektor film yang tengah diputar.


Aku ingin pulang. Tentu saja aku ingin berada di sisinya. Mengelap keringat, mengambilkan air minum, memapah ke kamar mandi, menyuapinya pelan-pelan, membantunya ganti pakaian, memantau perkembangannya, tetapi yang Bapak butuhkan bukan hanya itu. Kalain pasti paham ini. 

Bapak dengan penyumbatan pembuluh darah yang menuju ke jantung, butuh materi besar dan juga doa yang tak kalah besar dari perkara materi tersebut. Sementara, jika aku hanya duduk-duduk di sampingnya, bukankah hanya seperti pecundang tidak berguna, tidak bisa meringankan sedikit beban orangtua. Memutuskan pulang tidak sesederhana rumus mate-matika satu ditambah satu sama dengan dua. 

Oh ya, ampun! Yang jatuh dari sudut mataku bukan air, melainkan kesedihan. Yang terasa panas ini tentu bukan api, melainkan ketakutan. Kalian pasti paham ini! Aku bisa menyimpan getir, ketika harus kalis dengan carut marut urusan pekerjaan. Mereka, orang-orang yang telah mengupahku tersebut, memahami apa yang sedang terjadi denganku. Akan tetapi, tentu saja aku tidak bisa berlaku seenaknya. Tiduran, menangis, malas makan, ogah mandi, berkedip lemah, rambut acak-acakan, muka pucat, seperti barang bekas yang dilempar di sudut kamar. 

Aku butuh tidur untuk mengembalikan tenagaku. Kurasa aku memang harus tidur. Tetapi bagaimana memindahkan pikiran yang semrawut seperti benang kusut yang tercelup air got ini! Tolong ajari aku. 

Aku tidak sedang melebih-lebihkan perkara, ketika berkata setiap menitku berjalan lambat. Sangat lambat seperti jalannya seekor bekicot yang kakinya tertancap paku payung. 

Kalian tahu, ketika ada telpon masuk, atau sms, atau pemberitahuan-pemberitahuan tidak berguna satu-persatu muncul di layar HP, aku seperti dilempar di tengah kuburan angker--tengah malam dan sendirian. Menggigil. Darahku berdesir memanas. 

Ah, ya! Badai pasti berlalu. Ya. Ya. Biasanya begitu. Tetapi badai tidak pernah benar-benar berbaik hati, bukan? Aku juga tidak yakin kalau badai memiliki hati. Kepergiannya selalu meninggalkan kerusakan. Entah sedikit atau berlebihan. Menyebalkan. 

Meskipun takut-takut aku harus membesarkan hati berdamai dengan keadaan. Tak henti kurapalkan doa. Memamah kesedihan. Menyalahkan Tuhan. APA? MENYALAHKAN TUHAN? Tidak. Tidak. Bukankah itu perbuatan yang aduh membahayakan! 

Kadang aku berpikir, oh begitu hebatnya diriku sehingga berkali-kali diaduk dalam bejana cobaan kehidupan yang besar. Tetapi, di luar sana pasti banyak yang lebih menderita dari pada membayangkan Bapak tersengal-sengal napasnya, berbaring di ruang ICU.

Bapak pasti baik-baik saja. Bapak orang baik dan akan baik-baik saja. Kembali ke tengah keluarga. 







Rabu, 12 Agustus 2015

Semakin BURUK Semakin Diminati

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.55 0 komentar
Miris adalah satu kata yang tepat untuk mewakili kekecewaan saya terhadap pemberitaan tidak berimbang, media masa. Baik media cetak maupun elektronik. 

Bukan kapasitas saya mengkritik sebuah media yang notabene memberikan informasi bagi khalayak umum. Tetapi sebagai satu dari ribuan komunitas (baca TKI) yang menjadi bahan berita tersebut, kesal sekali saat membaca sebuah Head Line majalah berbahasa indonesia yang beredar di Taiwan--di mana berita yang diangkat tidak terlalu bermanfaat bagi kalangan TKI. 


Untuk apa berita sampah semacam ini diangkat ke publik? Bukankah semakin menyudutkan para pahlawan devisa itu sendiri yang kadung memiliki citra buruk di masyarakat luas?

Ini masalah personal si pelaku. Saya rasa tidak ada informasi atau pelajaran yang bisa dipetik dari hal itu. Sama sekali tidak. Dan malahan ini akan menguatkan opini yang beredar menjadi sebuah fakta.

Jadi begini, sekali lagi saya katakan bahwa selama ini banyak yang mengira TKI/W menjual diri pada majikan. Padahal, kenyataan itu sama sekali tidak benar. Ya, meskipun ada sih, satu dua yang begitu. Namun sangat tidak adil dong, hanya karena kesalahan segelintir manusia yang tidak bertanggung jawab, lalu kita yang memang benar-benar bekerja dengan baik, ikut dicap buruk. Sampai-sampai terkadang saya malu mengakui bahwa saya TKI. 

Sedikit intermezo tentang TKI yang kependekan dari TENAGA KERJA INDONESIA, berarti seluruh tenaga kerja berasal dari Indonesia baik yang duduk di kursi pemerintah maupun berada di sektor informal, memiliki kedudukan sama. Sama-sama menjual jasa ke negeri orang. Sama-sama TKI. Jadi, itu mereka yang berada di Taiwan yang duduk-duduk manis di balik meja kerja, tidak usah blagu deh. Penerjemah, wartawan, atau siapa saja yang berasal dari Indonesia dan bekerja di sini, kita semua adalah sama-sama TKI. Sekali lagi tidak usah blagu, sok galak, sok yes, sok mangga atuh jangan seenaknya memperlakukan sesama. 

Kembali berbicara tentang pemberitaan media yang menyudutkan pekerja di sektor informal tadi, sebaiknya media yang mempunyai pengaruh besar--lebih menggali hal baik atas prestasi yang dilakukan oleh para pahlawan devisa sehingga dunia pelan-pelan mengubah sudut pandang yang kadung buruk itu tadi.

Apa hanya karena ingin menaikkan reting pembaca, sehingga tega menjatuhkan sesama pendulang NT? Sudah tahu bahwa kebanyakan manusia zaman sekarang ini paling suka mengerubuti atau membicarakan atau menyebarluaskan hal buruk, sebagai media pemberi informasi malah memberikan umpan yang seperti itu. Sangat disayangkan.

Senin, 03 Agustus 2015

Long Distance Ralationship

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.12 2 komentar
Kenapa harus LDR? 

Cinta bukan tentang bagaimana menyiapkan kencan, ciuman, pegangan tangan. Lebih dari itu, cinta adalah ketika tidak ada orang lain yang bisa membuat kita bahagia. Cinta adalah ketika suasana hati yang buruk itu perlahan kembali bersemangat, tersenyum, tertawa, dan hanya ada satu orang yang bisa melakukannya. Iya, dialah orang yang benar-benar kita cintai. 

Bicara tentang LDR tentu saja pembahasannya seputar kesetiaan, komitmen, rindu kehadiran seseorang yang membawa separo hati kita, serta sederet kegelisahan lainnya. 

Tetapi, pernahkah kita kembali meraba apa sih tujuan menjalin hubungan? Apa ya sekadar sayang-sayangan! Saling grepe-grepean? Tentu saja bukan itu. 

Perasaan yang sudah digenapi ini, akan memberi kekuatan melewati berbagai hal yang akan kita temui di perjalanan. Banyak orang yang bertanya, "Bagaimana bisa kalian menjalani hubungan semacam ini?" 

Hanya orang hebat yang bisa bertahan dalam jarak. Kenapa mesti khawatir kesepian? Bukankah jarak paling dekat adalah kematian. Sementara dia selalu hadir lewat interaksi setiap hari. 

Aku pikir, kebahagiaan itu datang ketika aku bisa menghadirkan semangat dan harapan pada orang lain, yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Pengorbanan adalah makna lain dari cinta. Merelakan dia memilih jalan hidup yang diinginkannya, adalah lebih baik dari pada menahannya tetap di sisiku dengan kemurungan, kelelahan yang tak pernah terbayar lunas dengan tidur nyenyak sekalipun. 

Harga mahal yang mesti dibayar untuk suatu pencapaian adalah harus berpisah sementara demi mewujudkan mimpi bersama. Kehadiran itu mungkin bisa digantikan oleh orang baru, tetapi hati yang sudah tergenapi oleh dia, pasti menolak sesiapa yang mencoba mendekati.

Terima kasih atas segala perjuanganmu untuk menjadi yang terbaik. Seperti janji kita waktu itu, kita akan menikah dan mencapai segala sesuatu yang telah dirancang selama ini. Namun sebelum itu, sebagai anak-anak yang memiliki tanggung jawab membebaskan beban orangtua masing-masing, maka tak perlu ada kekhawatiran lagi tentang janji hidup bersama suatu hari nanti. Setelah tanggung jawab kita rampung, maka purnalah langkah kita kalis bersama harapan dan kehidupan baru. Kita akan pulang memanggul kemenangan. 






Minggu, 02 Agustus 2015

Awas Jebakan!

Diposting oleh Rumah Kopi di 23.10 0 komentar
Dua hal yang datang dalam waktu bersamaan, barangkali salah satu di antaranya merupakan jebakan. Hati-hati. 

Pernah tidak, ketika ingin membeli baju tetapi saat itu malah ada sale sepatu yang selama ini kamu idam-idamkan? Sementara, uang yang kamu punya hanya cukup untuk membeli satu di antara ke duanya. Pasti pernah dong!

Saya rasa, kita sering di hadapkan pada hal seperti itu. Bingung menentukan pilihan. Hal ini tidak hanya berlaku pada benda saja. Melainkan pada penawaran jasa, kesempatan, atau bahkan tentang kehadiran beberapa sosok manusia yang mencoba merebut tempat di hati kita. *eciiieeee sok laku ini* 

Eh, yang lebih bikin pusing pale bala-bala; Apa lagi kalau ke dua pilihan mempunyai potensi keunggulan yang tidak kalah antara satu dengan yang lainnya. *nah lhoh ... puyeng deh tu pasti*

Sebagai contoh saja ya. Rabu pekan lalu, tiba-tiba si bos menelpon dan menyuruh mengantarkan kunci rumah, karena ibu-ibu yang bekerja di tempatnya lupa membawa benda itu. Singkat cerita, saya harus segera sampai di rumah si bos.

Ada dua akses untuk pergi ke rumah yang terletak tidak jauh dari Bandara Zhong Shan itu, bus dan taxi. Jika dari tempat tinggal saya yang berada di jln. Yenping, perjalanan memakan waktu 30 menit, naik bus. Sementara jika saya memilih naik taxi butuh waktu 20 menit. Dan karena niatnya sekalian cuci mata (maklum pas tanggal tua matanya rada butek eh eh eh) bisa ditebak, kan .... Yap! Saya putuskan naik bus.

    
    Halte bus nomer 12 (tiang ke dua)


    Halte bus nomer 307

Jika dilihat dari  quality time, bus nomer 307 lebih cepat mebawa saya sampai di Zhongshan tapi saya harus berjalan sejauh kurang lebih 200 meter. Nah, secara kalau saya mau yang lebih praktis kiranya bus nomer 12 lebih nyaman, sebab turun tepat di depan rumah si bos.

Waktu itu tujuan utama saya naik 307. Ke dua halte terpisah satu ruas jalan (perempatan). Nah ketika sampai di halte 307, dari sisi kiri saya melihat nomer 12 datang. Lalu saya buru-buru meninggalkan halte 307 mengambil langkah seribu supaya bisa nyamperin bus nomer 12. Eh ternyata, sesampainya saya di halte nomer 12, bus itu merangkak perlahan. Mengambil jalur tengah. Otomatis saya tertinggal. 

Nah, sementara pada saat yang bersamaan bus nomer 307 melintas di depan mata. Kembali saya mengambil langkah seribu. Menyeberang jalan berusaha mengejar bus. Dan sungguh sial bus tersebut tidak berhenti di halte, sebab tidak ada calon penumpang di sana. Sepasang kaki saya masih berada di tengah jalan ketika bus tersebut bablas.

Dalam hati saya menyumpah-nyumpah. Menyesal karena tidak sabar dan tidak teguh dalam berpendirian malah mengakibatkan kehilangan ke dua kesempatan.

Kejadian itu mendatangkan hikmah, bahwa saya tidak boleh tergiur akan hal lain ketika sudah menetapkan satu tujuan. Satu pilihan. 

Semua pilihan ada resikonya. Tetapi bingung memilih di antara ke dua tawaran malahan menyedihkan, ketika harus kehilangan ke dua kesempatan. 

Contoh lainnya: Barangkali ini yang biasa dialami pecinta sejati. *di sini adanya pecinta sekonyong koder hihi*

Ketika kamu sudah mantab dengan calon pendamping hidupmu, pasti akan ada satu atau dua orang atau malah lebih, mencoba mendekati. Ujian kesetiaan itu hadir entah dengan cara apa? AWAS ITU JEBAKAN

Iming-iming dari Tuhan itu biasanya dibalut dengan hal-hal yang aduh mengesankan. Misal: lebih mapan, lebih siap berumah tangga, lebih rajin beribadah. But, say no about it! Berpikirlah tentang, bagaimana usahamu ketika melewati masa sulit (menyesuaikan diri, mencoba mengalah saat hatinya masih sedikit membeku, pertengkaran-pertengkaran, kasih sayang dan perhatian serta usaha yang lainnya) adalah sangat penting kembali diingat. Dari sanalah cinta itu dimulai. Bukan ketika tiba-tiba ada yang menawarkan cincin terus diiyain. *pppffttt* 

Menuruti hawa nafsu tidak akan pernah ada habisnya. Seperti laron yang selalu menuju ke tempat yang terang, layaknya beruang kutub yang lebih banyak melakukan hibernasi, seperti harfiahnya kupu-kupu yang mencari madu, begitulah yang namanya kesenangan susah dihentikan. Bergerak mengikuti naluri. Namun, jika hati sudah yakin dengan pilihan, semua tawaran kesenangan akan diabaikan. Saat sudah iklas menerimanya, mencintainya, percayalah tidak ada ruang yang tersisa lagi di hati. Jadi orang selingkuh itu, mungkin saja dia tidak sepenuhnya mencintai pasangannya. Hati-hati jebakan.

Demikianlah nyinyir saya untuk hari ini. Sampai ketemu lagi besok...

Kadang Tebal Kada Tipis

Diposting oleh Rumah Kopi di 01.28 0 komentar



 

Jadi begini, saya sadar bahwa suatu hubungan tidak mungkin berjalan adem ayem sepanjang hayat. Tidak dapat dielakkan bakal ada kerikil kecil atau batu raksasa segede kandang gajah, menghadang. Selain itu, hubungan pasti mengalami pasang surut. Layaknya air laut. Layaknya isi dompet yang kadang tebal, sering pula menipis. Layaknya laju metro mini, kadang gas pol--tak jarang harus mengerem mendadak. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya.

"Kita?" 

"Ya, KITA."

Dalam satu dekade (keknya berlebihan banget deh) dalam kurun waktu tertentu, hati yang semula menggebu bisa tiba-tiba layu. Bukan karena tidak lagi cinta! Bukan itu. Terkadang, kondisi fisik, suasana hati, serta kejiwaan, yang tidak stabil menjadi penyebabnya. Wajar saja sih, mood bisa berubah setiap saat. 




Di sini, peran pasangan sangat dibutuhkan. Terlepas dari beratnya beban hidup masing-masing, sebagai seseorang yang sudah berani berkomitmen, menjalin hubungan lawan jenis--usaha Anda untuk mengembalikan suasana hati pasangan sangat dibutuhkan. Anda tidak harus mahir merayu. Tidak pula mesti bertingkah lucu seperti badut itu, namun lebih dari semuanya, kesabaran dan ketelatenan menghadapi pasangan yang mood-nya sedang awkward tersebut amat dibutuhkan. 

Ketika emosi, biasanya kita membawa serombongan pasukan purba, penghuni hutan, bangsa makluk gaib, yang notabene tidak ada sangkut pautnya--dengan tanpa izin menyeret mereka untuk menyemarakkan pertikaian yang seharusnya tidak perlu ditanggapi dengan serius. *pasti bingung*

Pernah tidak sih, jika sedang emosi kalian mengucapkan kata kotor? "Babilah! Setanlah! Bangkelah." Semoga jangan sampai ya?

Kata atau kalimat yang keluar ketika emosi, terkadang hanya luapan sesaat namun bisa saja ucapan buruk itu malah bercokol dalam ingatan pasangan Anda. Jadi hindari mengucapkan kata kotor meskipun kondisinya memang pas banget untuk melontarkan hujatan tentang kekurangan pasangan selama ini. Padahal, dari dulu kita juga tahu kalau pasangan bukan makluk sempurna. Misal: Malas mandi. Suka ngupil dan ditelan (weeek :v). Berperilaku seperti anak-anak yang tentu tidak sesuai dengan usianya. Namun, kita  sudah saling tahu dan menikmatinya. Artinya, tahu kekurangan itu dan menerima tanpa pakai syarat tertentu.

Cinta bisa cepat mati bukan karena penghianatan. Melainkan pengabaian. Well! Tak jarang bahwa hal itu malah menjadi momok perusak hubungan. Iya, perusak hubungan bukan saja terjadi karena adanya pihak ketiga. Namun, bisa saja sikap ke duanya malah memicu keretakan. Antara lain:


• Karena sudah sama-sama saling menyayangi jangan menganggap itu sudah lebih dari cukup. Tetaplah menjaga komunikasi yang baik dan tidak monoton. Lakukan kebiasaan seperti saat pendekatan [penuh perhatian, ramah, toleransi, selingi dengan humor] karena sederetan hal itulah yang menjadi bibit cinta waktu baru kenalan, bukan? 


• Pasangan bukanlah segalanya dalam hidup ini. Tetapi sadar tidak sih, jika dia tidak lagi ada, betapa kita merasai kehilangan yang luar biasa! Sebelum itu terjadi, kenapa tidak berjaga-jaga. Salah satu caranya, mengutamakan dirinya di atas sederet kepentingan lain.

Cukup sampai di sini nyinyir saya hari ini. Sampai ketemu besok ....

Sabtu, 01 Agustus 2015

Hanya Orang Gila Yang Bisa Marah Tanpa Sebab

Diposting oleh Rumah Kopi di 19.18 3 komentar




Saya malah jadi bingung kalau ada yang bilang, "Eh, kok bisa sih dia marah tanpa sebab?" Nah lhoh ... yang benar saja! Kan aneh gitu? Secara manusia normal pasti memiliki perasaan, pikiran, yang memiliki sistem pengendali. Setiap manusia 'waras' pasti memiliki alasan apa, mengapa, dia marah!

Jika tidak ada penyebabnya, tiba-tiba marah, atau menangis, atau tertawa, itu mungkin dianya salah satu pasien rumah sakit jiwa yang melarikan diri. Catet ya! :(

Beberapa saat lalu, pada suatu masa, ketika Pangeran Palasara Merawat Anak Burung Di Atas Kepalanya ... *malah iklan* serius. Sering kali, saya membaca artikel tentang mengapa manusia bisa marah? Bisa menangis? Dan bisa jadi anak sholeh. 

Berikut ini, salah satu artikel yang saya ambil dari gelombangotak.com. Baca baik-baik judul artikelnya.

'Marah tanpa alasan yang jelas? Ini dia penyebabnya.'

Pan di situ di sebutkan, ... Ini dia penyebabnya. Nah, lhoh! Berarti, setiap kemarahan yang terjadi selalu ada sebab. Patahkan argumen kalian yang salah itu. Jangan membela diri sendiri serasa ditindas padahal tidak menyalahi apa-apa? Tiba-tiba dimarahi tanpa sebab.

Hallooohhh apa kalian masih di situ? Noh, disimak Apa saja sih penyebab manusia bisa marah? 

1. Gangguan psikologis atau kejiwaan, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar dan gangguan kepribadian skizofrenia.

2. Gangguan-gangguan psikologis atau kejiwaan ini menyebabkan penderitanya mengalami perasaan mudah marah yang berlebihan. Sehingga kapanpun dan dimanapun penderita berbagai gangguan psikologis ini selalu merasa mudah marah bahkan tanpa alasan yang jelas.

3. Hipertiroidisme merupakan kondisi dimana tubuh memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Produksi hormone tiroid secara berlebihan ini mempengaruhi system metabolism sehingga meningkatkan kegelisahan, gugup, jantung berdebar-bedar, dan menurunkan konsentrasi.

4. Diabetes. Ketidakseimbangan kadar gula dalam tubuh pada penderita diabetes menyebabkan ketidakseimbangan kadar serotonin dalam otak sehingga menyebabkan kecemasan, kemarahan kebingungan dan serangan panik.

5. Dimensia, miningitis, tumor otak dan stroke. Adanya kerusakan pada system saraf pusat otak pada penderita dimensia, meningitis, tumor otak dan stroke menyebabkan seseorang menjadi lebih mudah marah. 

6. Autisme juga menjadi penyebab seseorang mudah marah tanpa alasan yang jelas. Biasanya penderita autism akan marah saat mendapatkan banyak tugas atau stimulasi sensorik berlebihan

7. Ketergantungan zat tertentu seperti alcohol, narkoba, obat tidur dan rokok. 

8. Zat-zat tertentu yang terkandung dalam obat-obatan, alcohol maupun rokok mengandung zat candu yang menyebabkan kecanduan. Sehingga saat tidak mengkonsumsi zat-zat ini seringkali menyebabkan marah tanpa sebab dan tidak terkendali.

9. Gangguan hormonal, biasanya terjadi pada wanita saat akan mengalami menstruasi atau yang sering disebut sebagai syndrome pra menstruasi (PMS). Adanya ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesterone dalam tubuh menyebabkan wanita lebih mudah marah, bahkan tanpa alasan yang jelas, terutama hari-hari menjelang dan saat mengalami menstruasi. 


Dari beberapa penyebab marah tersebut, entah saya termasuk yang mana. Yang jelas, saya tidak diabetes. Ih amit-amita bachan ... Deh!

Kalau saya pribadi, inilah yang membuat kepala saya nyut-nyutan. Lalu marah pengen nendang pintu. 




1. Saya tidak suka dengan orang yang tak konsisten. Di dalamnya ya termasuk: sembarangan bicara. Mengingkari apa yang sudah disampaikan. Plin plan. 

2. Orang yang tidak bisa menjaga perasaan orang lain. Ya i know lah perasaan bukan siskmaling atau semacamnya yang butuh dijaga, tetapi kira-kira jika kalian tidak memasuki area yang bisa membuat saya marah, mana mungkin tanduk saya keluar. *pikir sendiri apa saja yang saya sukai atau tidak saya suka*

3. Menggampangkan atau meremehkan. Jadi begini ya, tentu masing-masing dari manusia cara berpikirknya berbeda. Yakali kalau sama mah berarti robot. Bisa jadi, apa yang orang anggap sebagai bahan lelucon atau iseng, bagi saya tidak begitu. Nah! Blunder, kan? Jadi biasakan berpikir sebelum bertindak kalau tidak ingin saya depak. Haha


4. PMS. Tahu dong apa itu PMS. Yang jelas bukan pegawai maling selendang! PMS itu sungguh mengganggu bagi saya. Bukan karena emosi yang meluap-lupa. Melainkan, badan terasa sakit. Malas ngapa-ngapain. Bawaannya pengen melata kayak ulet gitu. Saya juga merasa lelet kalau pas PMS. 


5. Memposting gambar jorok. Sumpah eneg kalau ada orang yang hobi mengunggah gambar tentang alat kelaminlah atau apa gitu. Aneh tidak sih, jika hal privat gitu dijadiin bahan iseng. Jika itu alat vital cowok, ingat bapakmu. Jika alat vital cewek, ingat emakmu juga punya yang kayak begitu. Malu kali. Atau urat malunya sudah putus. :(


Solusi Menghilangkan Marah Ala Saya

1. Beri ruang pada yang bersangkutan. Si pemarah itu, biarkan untuk menyendiri. Biarkan dia berpikir atau paling tidak mengalihkan konsentrasinya pada hal lain.

2. Jika marahnya dilampiaskan pada orang disekitar, tolong jangan sampai terpancing atau dia justru lebih marah sebab merasa dilawan. Ajak bicara, atau bercerita tentang topik lain. Entah lucu atau sedih. Pelan-pelan pasti dia lupa dengan emosinya. Kalau sudah begitu, dia bisa diajak bicara baik-baik.

3. Hentikan emosinya dengan penuh wibawa. Cobalah mengatakan, " Aku tidak mau melihatmu kacau begini. Aku sayang kamu jika kamu tidak bisa mengendalikan emosimu itu, sama saja kamu melukai orang yang mengasihimu."

4. Berikan kejutan. Misal, liburan nanti aku akan mengajakmu jalan-jalan ke suatu tempat yang kamu suka. Aku merencanakan sejak lama. Aku ingin membuatmu happy. 


Demikian nyinyir saya hari ini. Besok dilanjut lagi ....




 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting