Kamis, 14 Agustus 2014

Motivasi Hari Ini

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.53 0 komentar

Aku malas menulis. Malas. Malas. Kehilangan gairah yang melecutku untuk berkarya sehingga membuatku beda dari yang lainnya. Aku sudah memulai tetapi tidak pernah menekuni dunia literasi ini. Aku menyukai namun rasa suka itu timbul tenggelam seiring keadaanku hatiku.

Aku malas. Malas. Malas. Malas. Dulu, ya tanganku gatal jika tidak bermain dengan huruf serta frasa. Dulu, hatiku merasa bersalah kalau sehari saja tidak bersentuhan dengan dunia kata-kata. Tapi semuanya hilang begitu saja. Aku mengabaikannya. Meninggalaknnya. Aku yang salah.

Menulis itu menyenangkan. Tentu saja prosesnya lama. Butuh perjuangan yang tidak boleh dengan setengah hati. Seperti menanam bunga. Aku harus menyiramnya, memberi pupuk, menaruhnya di tempat yang intens dengan cahaya matahari supaya tanamanku tumbuh subur. Tak ayal bunga-bunga nan mempesona akan kudapati kelak. Hei, Key! Perlu diingat! Kauharus bersiap menghadapi resiko bahwa bibit bunga itu pun bisa saja mati sebelum tumbuh subur meskipun kaumerawatnya dengan baik. Itu kehendak alam. Mencoba menguji seberapa gigih niatmu untuk melihat hasil jerih payahmu? Seberapa kuat usahamu untuk mencoba kembali menanam bibit bunga baru, merawatnya sampai apa yang kauinginkan itu terwujud. Menulis pun juga demikian. Pasti ada proses dan tahapan. Bukan sekali mencoba lalu berhasil dengan hasil yang menggembirakan.

Ayolah, Key! Paksa dirimu untuk disiplin. Kembali mencari sesuatu yang bisa menjadikan hidupmu lebih berwarna dan bermakna. Bukan sekadar bernapas kemudian menjalani aktivitas seperti jarum jam.

Yang membuatmu beda bukan hanya perilaku serta tutur sapa. Namun lebih dari itu, Key. Pemahaman yang baik dalam menjalani hidup. Apa yang sudah kamu peroleh selama ini, jangan disia-siakan. Prestasi bukan satu-satunya tujuan hidup, tapi dengan berprestasi hidupmu lebih berguna. 

Jika kamu tenggelam dalam dunia yang itu-itu melulu, sudah pasti kamu akan cepat bosan. Jenuh. Ada yang kurang walaupun segalanya telah kaumiliki. Maka lakukanlah sesuatu yang membuat semangatmu senantiasa membara. Tidak ada kata terlambat asal kamu segera memulainya. Tidak perlu bermimipi menjadi penulis besar. Cukuplah bercita-cita tulisanmu itu bermanfaat bagi yang mebaca. Setidaknya bisa menghibur orang lain. Bukankah itu menyenangkan, Key?

Ayolah! Tunggu apa lagi? Banyak hal yang bisa kaurangkai supaya menjadi cerita yang menarik. Jika tulisanmu masih kurang ok, setidaknya itu lebih baik dari pada tidak menulis sama sekali. Memelototi gajdet dari bangun tidur sampai kembali terbuai mimpi.

Lakukan! Lakukan! Mulai! Mulai! Mulai! Semangat!

Taipe, 14 Agustus 2014

Rabu, 06 Agustus 2014

Ceritaku Pagi Ini

Diposting oleh Rumah Kopi di 10.27 0 komentar

Selamat pagi, Dunia. Eh, udah jam 11 ding, mana bisa disebut pagi! What ever lah. Selamat menjalankan aktivitas, deh ... Semoga hari ini membawa berkah untuk kita semua. Aamiin.

Hei, Lalaland. Bagaimana kabarmu? Sudah berapa lama ya, aku tidak pernah menyapamu, mengukir cerita di sini. Sibuk dengan urusan yang sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan. Lalaland, aku ingin mengungkap suatu kejujuran padamu. Hanya kamu yang bisa kujadikan tumpahan segala penat di hati.

Lalaland, aku jenuh. Sebenarnya hatiku nyeri. Aku sungguh ingin menghapus hal bodoh yang masih saja mengganggu pikiranku. Tentang Dia! Dia! Dia!
Aku masih menyimpan sebuah pertanyaan. Sejujurnya hatiku tidak bisa semudah itu melupakan. Hanya berusaha membuat keadaan jauh lebih aman. Maka aku memilih diam.

Hati tidak bisa dibohongi. Ucapan yang lembut mendayu sekalipun tidak mampu membuatku tenang. Aku butuh waktu. Ingin mencari kedamaian sendiri. Biar detik yang terus berlalu menguraikan semua rasa. Mempersatukan kembali hati yang memang saling menyayangi. Aku tidak boleh egois karena masalaluku juga tidak lebih baik darinya. Hanya saja, aku belum bisa menerima semuanya. Ini menyedihkan.

Ah, aku memang egois. Tidak bercermin betapa diriku ini penuh bercak dosa. Betapa pun dia salah, tetapi kesalahan itu tidak terlepas dariku yang menyebakannya seperti itu. Aku tidak bisa menjaganya dengan baik. Aku tidak bisa membuatnya nyaman, barangkali.

Tetapi dari sini aku bisa belajar untuk lebih berhati-hati. Selama ini aku lengah. Gampang sekali tenggelam dalam dunia yang membuatku tersenyum merona sepanjang hari. Hanyut dalam kasih sayang yang menurutku begitu sempurna. Aku benar-benar mempercayainya waktu itu. Aku begitu sempurna. Itulah pemikiranku tempo hari. Dia membuatku begitu. Tak pernah terpikir bahwa sebenarnya ada hitam di antara warna putih dalam hubungan ini.

Yang patut disalahkan adalah aku. Aku memang pembuat onar. Siapa yang tidak bosan jika setiap hari selalu bertengkar. Aku wanita yang menyebalkan. Ya, barangkali memang benar adanya. Seharusnya dia mengingatkanku. Bukan membiarkan diri ini larut sendiri tanpa merasa bersalah telah membuat dia tidak bahagia.

Maafkan aku, ya!

Oh, iya! Untuk kamu ’wanita masa lalu’ jika kamu masih berminat dengan kekasihku, cobalah kembali masuk dari celah mana pun. Pakailah jubah Malaikat itu. Tawar, rayu, curilah hati kekasihku itu dengan kebaikanmu, perhatianmu, kedewasaanmu, tutur sapamu yang halus. Jika dia tergoda dan berpaling dariku, aku akan berterima kasih karena kautelah menunjukkan pdaku sebuah kenyataan bahwa lelaki itu tidak bisa dijadikan sandaran hidup.

Tetapi sebaliknya, jika kautelah mempertaruhkan segalanya untuk memasuki kehidupan kami namun jika kekasihku tetap berdiri tegak di sampingku aku juga harus berterima kasih padamu karenamu aku semakin yakin bahwa dialah tempatku menggantungkan seluruh duniaku. Kekasihku sudah menyerahkan seluruh hatinya padaku. Dan tugasku menjaganya dengan mempertaruhkan seluruh hidupku.

Akhirnya happy ending.

Taipe 6 Agustus 2014

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting