Senin, 12 Mei 2014

Girl On A Fire ( A. Keys)

Diposting oleh Rumah Kopi di 16.56


Iya, nggak apa-apa.”

”Oh, itu ..., emm tadi mataku kemasukan debu, di jalan.” 

Disadari atau tidak, wanita lebih sering berbohong demi menutupi perihal yang sebenarnya terjadi. Bukan hanya itu, kebohongan kecil yang ia ciptakan tak lain supaya orang yang disayangi tidak ikut menanggung beban, serta serentetan kegelisahan hatinya.

Namun, apa yang ia lakukan tersebut tak urung malah menimbulkan asumsi lain. Tak tertulis dalam Kitab Agama mengajarkan berbohong demi kebaikan. Mungkin lantaran hal itu, kebohongan yang dilakukan wanita, justru berbalik menyerangnya. Diamnya dianggap sok kuat/ tidak butuh bantuan pihak lain saat ia tengah berada dalam kemelut masalah.

Wanita dengan sejuta pesona. Di balik kelembutannya, tersimpan kekuatan besar yang mampu menghancurkan. Air mata, amarah, naluri penyayang yang ada dalam dirinya, menjadikan ia makluk abu-abu. Kelembutannya berubah garang mana kala ada hal yang mengusik hatinya. Jika sudah begitu, air mata tak ayal meluap dan mungkin saja bisa menenggelamkan dirinya. Tetapi, naluri penyayang yang tertanam dalam sanubarinya, perlahan mampu menetralisir keadaan. Akhirnya, ia mengalah agar keadaan lebih baik.

Wanita meskipun egois tetapi ia adalah makluk yang paling peka. Rela berkorban untuk kebaikan orang-orang di sekitarnya. 

Apakah selamanya wanita hanya dan harus mengalah? Tidakkah ia diperbolehkan untuk menyampaikan apa yang ia rasakan? Apa benar wanita hanya diizinkan menunggu tanpa menggerutu? Tidak! Tidak! Tentu saja saya tidak setuju dengan pemahaman tersebut. Wanita, meskipun lebih sering memakai perasaan daripada logika, tetapi baginya setiap tindakan selalu disertai alasan. Bukankah, jika semua hal berjalan normal, tak mungkin ia gusar, lantas berkata kasar.

Ya, ya, ya, mungkin wanita harus selalu belajar bersabar. Bersabar dan selamanya harus bersabar. Tidak mudah menjadi wanita. Ia memiliki peran ganda. Menjadi ibu yang baik serta istri yang cerdas. Selain harus mampu mengendalikan emosinya sendiri, wanita juga mesti pandai mengendalikan emosi pasangannya. Kedamaian lelaki terletak pada wanitanya yang senantiasa manjadi penawar segala asa.


Taipe, 12 Mei 2014





0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting