Sabtu, 21 September 2013

Sepenggal Cerita Cinta

Diposting oleh Rumah Kopi di 20.22

Oleh 

Keyzia Chan 

Aku tidak pernah berniat melupakannya, kenangan tentang dia biar tersimpan rapi dalam hatiku. Meskipun tidak bisa lagi menyentuh raganya, tapi jiwanya masih selalu bersamaku.

Ku sandarkan kepala di pinngir jendela, mataku menerawang jauh memandang derasnya hujan yang turun sore itu. Setiap kali aku mengingatnya,  tidak terasa air mata ini jatuh membasahi pipi.Memoryku kembali ke peristiwa lima tahun silam. Minggu pagi itu seharusnya menjadi hari bahagia, malah berubah menjadi hari na’as pembawa malapetaka.

                                                                    ***

Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, aku hendak liburan ke puncak bersama Rizky kekasihku. Kami sengaja berangkat pagi karena ingin menikmati sejuknya udara pegunungan yang bebas dari hiruk pikuk aktivitas kota, bebas asap kendaraan bermotor serta kepulan asap pabrik. Hari ini cuaca sangat bersahabat, mentari bersinar cerah.
Hangatnya menyentuh permukaan kulit.
Hamparan kebun teh yang meghijau bak permadani yang menyelimuti bumi.
Aku begitu menikmati perjalanan itu. Rizky juga tampak bahagia, terlihat dari senyumnya yang terus mengembang di sepanjang jalan.
Lagu romantis kesukaan kami mengiringi perjalanan ke puncak pagi itu.

Hari ini setahun kami jadian dan berniat merayakannya berdua di villa milik orang tua Rizky.
Rizky cowok yang baik, dewasa dan sabar.
Perhatian dan kasih sayangnya membuatku tidak pernah mampu berpaling darinya.
Walaupun di kampus banyak cowok lain yang berusaha mendekatiku, tapi tidak ada yang bisa menggeser ke dudukan dia di hatiku.

Aku belum pernah sesetia ini sebelumnya. Kulit putih, hidung mancung, bentuk bibir yang sensual adalah ciri fisik yang ada padaku. Aku tidak menyia-nyiakan  anugerah Tuhan.
Rajin gonta-ganti cowok adalah hobbyku. Rasa mudah bosan mendorongku untuk selalu mendapatkan gebetan baru. Kehadiran Rizky mampu merubah segalanya.
Dia dengan segala pesonanya mampu mengikat hatiku untuk khusuk pada satu cinta dari dirinya.

Namun tidak ada gading yang tidak retak. Di dunia ini setiap manusia pasti punya masalah dalam hidupnya.
Begitupun dengan cerita cintaku bersama Rizky.

Sebenarnya dia sudah dijodohkan, bahkan setatusnya adalah tunangan orang. Sampai ketika Namira tunangan Rizky selingkuh.
Dia memilih menjalin hubungan dengan seorang yang lebih kaya dari Rizky yang hanya seorang mahasiswa.
Semenjak itu Rizky mulai mendekati dan akhirnya menjalin hubungan denganku. Tapi dihadapan  kelurganya Rizky dan Namira tidak pernah bercerita tentang keadaan hubungan mereka yang sudah retak.

Aku pun tidak pernah mendesak Rizky untuk segera membersihkan setatusnya dari seorang tunangan Namira.
Biarkan waktu dan keadaan yang membuka semua tabir ini. Yang terpenting dari ini semua,  Rizky selalu sayang padaku, bagiku itu sudah lebih dari cukup.

”Hari ini kamu kelihatan cantik sekali, Dania...!“ tiba-tiba suara Rizky membuyarkan lamunanku.

”Kalao aku nggak cantik, kamu nggak bakal mau jadi pacarku!” timpalku.

”Paling-paling aku hanya jadi penggemar rahasia yang setia mengikuti jadwal acaramu.
Ngintip dari balik buku, senyum malu-malu ketika kamu menabrakku waktu kita berpapasan, padahal aku memang sengaja menabrakkan diri lo, buat nyuri perhatian kamu.” lanjutku sambil tertawa.

”Hahaha...! Kamu paling bisa bikin aku tertawa, sekarang kamu bukan hanya berhasil mencuri perhatianku tapi seluruh isi hatiku.” ujarnya diiringi senyum manis sambil sesekali melirik ke arahku.

”Aku ingin selalu menjagamu, menyayangi dan mendampingimu menjadi wanita terhebat.
Nanti jika aku nggak ada di sampingmu lagi, kamu nggak boleh sembarangan menjatuhkan cintamu pada orang yang hanya memuja fisikmu. Kamu harus pandai menjaga diri, aku akan selalu ada di setiap hembusan udara yang kamu hirup.” ucapan Rizky panjang lebar membuatku tercengang.

Aku memicingkan mata ke arahnya. Kupandangi dia puas-puas karena ucapannya barusan sangat aneh.
Reflek sekujur tubuhku merinding mendengarnya, tapi aku tidak merasakan firasat apa-apa.

Kuulurkan tangan kiriku dan mencoba menyentuh keningnya.
”Padahal kamu nggak lagi demam lo, kok tiba-tiba ngomongnya ngaco.
Kamu nggak akan pergi, aku nggak akan mengijinkan kamu menjauh dariku barang sejengkalpun, Riz.”
ucapku.

                                                                                    ***

Sesampainya di villa, aku menghambur keluar dari mobil.
Lari kecil kesana kemari bagaikan anak ayam yang lepas dari kandang.

”Wooow...! Indahnya pemandangan di bawah sana..! Rizky cepat kesini.” triakku sambil melihat-lihat pemandangan yang memang jarang aku temui sebelumnya.
Maklum di Jakarta mana ada tempat yang seperti ini.
Puas jalan-jalan sekeliling villa membuatku lelah. Matahari tidak ramah lagi, bukannya menghangatkan tapi sinarnya mulai membakar permukaan kulit.

Ku lihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB pantas saja perutku keroncongan,
sebab tadi pagi aku tidak sempat sarapan.

”Biar aku yang masak buat kamu sayang, kamu mandi gih biar segeran. Dari tadi asik lompat kesana kemari, liat tuh peluh kamu bercucuran seperti habis main bola aja..!” ujar Rizky sambil mempersiapkan sayur yang akan di masak siang itu.

Deg! Deg! Deg..!

Kenapa sikap Rizky aneh sekali, dia memang selalu baik dan perhatian denganku.

Tapi...

Jantungku tiba-tiba berdebar-debar, bukannya bahagia karena di layani seperti putri tapi entah kenapa aku merasa takut kehilangan cowok yang sedang sibuk di dapur itu.

Aku melangkah menghampirinya yang membelakangiku, kemudian memeluk tubuhnya dari belakang.
Ku tenggelamkan wajahku di punggungnya.
Aroma parfum ini, wangi tubuh ini..sungguh aku tidak mau kehilangannya.

Aku mengasihinya, aku mencintainya sepenuh hatiku.

Siang itu perasaanku tidak menentu, entah kenapa aku tidak mau jauh-jauh darinya.
Setelah mandi dan selesei makan kami tiduran di atas karpet permadani di depan tivi.

Aku berbaring di sampingnya beralaskan lengannya, wajahku menghadap ke dadanya. Tangannya membelai lembut rambutku sesekali kecupan mesra mendarat di keningku.

Rasanya ingin tidur, tapi aku takut ketika terlelap tidak bisa lagi melihatnya. Merasakan detak jantungnya.

“Rizky..! Rizky...! Keluaaarr..! Aku tau kamu berada di dalam bersama gadis manja itu!”
Tiba-tiba kami di kagetkan suara gaduh seorang wanita,  yang berteriak memanggil serta menggedor pintu villa.

Kami terperanjat bangun dan berlari menuju pintu. Namira berdiri di sana, dia menyelonong masuk tanpa di suruh.
Aku tidak heran kalao dia juga tau tempat ini, secara dia adalah mantan tunangan Rizky.

”Apa yang kamu lakukan di sini, ha..? Oh...jadi gadis kecil ini yang membuatmu berani berpaling dariku.” celoteh Namira.

Ocehan demi ocehan ngelanturnya membuatku mulai gerah, lipstick warna metalic yang tebal, eye shadow warna gotic membuat wajah judesnya jadi semakin tampak menyeramkan.

Permen karet yang terus di kunyah di sela-sela ocehanya, rok mini serta jacket kulit warna hitam yang membalut tubuhnya membuat dia persis seperti preman.

Bibirku serasa mau putus karena terus kugigit kuat-kuat menahan luapan amarah. Kata demi kata yang dia lontarkan memancing emosiku. Ingin rasanya aku lempar asbak ke arah muka judesnya,  geram sekali aku di buatnya.

”Kamu mabuk ya...! Bukannya kamu yang memilih bos kaya raya itu dari pada aku?
Kamu yang lebih dulu merusak hubungan tunangan ini, sekarang kamu memutar balikkan fakta seolah aku yang bermain gila.” triak Rizky pada mantan tunangannya tersebut.

”Aku hanya ingin membuatmu cemburu, aku nggak bermaksud menjalin hubungan serius denganya, Riz...!” Namira mencoba meyakinkan kekasihku.

”Aku nggak mau kehilanganmu dan nggak rela gadis menyebalkan itu mencuri hatimu.
Aku ingin kita baikan lagi Riz..!” Ujarnya diringi isak tangis.

Namira membuatku muak....berani sekali dia menghujatku, padahal aku sama sekali tidak menyalahi dia.

”Kamu pikir aku bodoh...! Aku tau bos itu sekarang jatuh miskin, makanya kamu kembali mencariku.” Rizky kembali berbicara dengan nada tinggi.

”Aku tau kamu sudah pernah hamil dengan laki-laki itu bukan? Akhirnya kamu mengaborsi bayi yang nggak berdosa itu demi menutupi aibmu!” lanjutnya.

“Itu fitnah, semua nggak benar...! Aku, aku mana mungkin berbuat senekat itu? Kamu jangan percaya hasutan dia!” Sangkal wanita judes tersebut.

Kembali Namira memancing emosiku, dengan menunjuk ke arahku serta mengkambing hitamkan diriku.
Tanganku meraih vas bunga yang ada di atas meja ruang tamu.
Rasanya kali ini sudah tidak tahan lagi! Ingin aku memberi pelajaran padanya.
Belum sempat aku melakuknya, Rizky meraih pinggangku dan menahanku melakukannya.

”Mira, kamu pergi saja! Di antara kita sudah nggak ada yang bisa di pertahankan. Farah sahabat karibmu sudah menceritakan semua padaku. Jadi kamu nggak perlu repot berkhotbah di depanku”
Pergiii kataku..! Atau aku seret dan melempar kamu keluar dari sini!” emosi Rizky mulai memuncak, dan aku melihat Namira mengeluarkan sesuatu dari dalam tas LV nya.

Oh Tuhan, dia membawa pistol dan mengacungkannya ke arah kami.
Keringat dingin mulai membanjiri tubuhku.
Kakiku serasa lemas tak bertulang.

”Jika aku nggak mendapatkanmu kembali, maka gadis kecil itu juga nggak berhak memilikimu!“
Hardik Namira. Tatapan tajamnya membuat syarafku mati rasa.

Kali ini aku benar-benar kaku di buatnya. Dia mengarahkan pistol ke arahku. Jantungku serasa berhenti berdetak meskipun belum di tembak.
Aku mematung di tempat yang sama, tubuhku tak bergerak dan bibirkupun kelu.

“Mira, kamu jangan gila! Kamu bisa di penjara, kamu masih muda masih banyak laki-laki yang lebih baik dariku!” ucap Rizky mencoba menenangkan Namira.

”Diam kamu Rizky..! Atau kamu juga aku tembak biar nggak ada yang bisa memilikumu!”
Kita bertiga mati di sini, kita bertiga nggak ada yang saling memiliki.”

Tiba-tiba suara Namira terdengar pilu, hardikannya yang tadi sadis kini berubah menjadi tangisan sendu.
Entah apa yang terjadi dengannya?
Akupun terbawa perasaan dan bermaksud menenangkanya, aku melangkah mendekati Namira. Tapi apa yang terjadi?

Dia kembali mengacungkan senjatanya ke arahku, tiba-tiba suara ledakan keras seperti petasan keluar dari pistol itu.

Tubuhku terpental jauh, seperti ada benda keras yang menghantam kepalaku kemudian aku tidak  ingat apa-apa lagi.

Aku tidak tau berapa lama pingsan. Ketika membuka mata aku mendapati tubuh ini berbaring di atas ranjang kamarku.
Mamah duduk di sampingku memegangi tangan serta tak henti mengusap keningku sambil menangis tersedu.

Aku meraba kepalaku yang terasa berat sambil mencoba mengingat apa yang terjadi.

”Rizky di mana mah..?” suaraku terdengar lirih.
Aku mencoba mencari tau keberadaan kekasihku, mamah hanya menangis sambil memeluk tubuhku.
Aku terus histeris dan bertanya pada mamah.

Mamah bercerita bahwa Rizky menghembuskan nafasnya beberapa jam setelah peluru yang di tembakkan Namira berhasil menembus jantungnya.
Dia meninggal, operasi yang di lakukan oleh tim dokter tidak mampu menyelamatkan nyawanya.

Pelan-pelan aku mulai mengingat kejadian itu.
Seingatku Namira hendak menembakku, lalu Rizky mendorong tubuhku kuat-kuat sampai aku berhasil terhindar dari bidikan senjata api tersebut.

Oh  Tuhan..!
Rizky menyelamatkanku dan mengorbankan nyawanya sendiri.

Aku tidak yakin Rizky secepat itu meninggalkanku.

Bagaikan tersambar petir mendengar apa yang mamah tuturkan padaku.

”Nggak mungkin, mah...! Ini semua nggak benarkan, mah...?” triaku histeris berusaha menyangkal kenyataan ini.
Tiba-tiba aku merasa ada kekuatan besar yang menindih dadaku, rasanya nafasku sesak sekali. Lalu aku kembali tak sadarkan diri.

                                                                                                             

                                                                               ***

Namira mencoba bunuh diri setelah mengetahui mantan tunangannya tak bernyawa lagi di tangannya. Namun usahanya berhasil di gagalkan oleh penjaga villa. Suara gaduh dari dalam vila membawa langkah penjaga tersebut masuk untuk memeriksa apa yang terjadi?

Mang Udin mendorong tubuh Namira ketika dia mengarahkan pistol kekepalanya sendiri. Peluru berhasil lepas dari dalam pistol, tapi meleset dan hanya melukai pelipis kanannya.

Akibat terbukti melakukan pembunuhan berencana, Namira di jebloskan ke dalam jeruji besi dan di jatuhi hukuman mati.

Sungguh tragis kenyataan ini. Aku masih tidak percaya, ini bagaikan mimpi buruk.

Tapi inilah kenyataan menyedihkan yang harus aku alami.

Mungkin aku bisa merubah cinta Rizky ke Namira beralih kepadaku.

Tapi aku tidak mampu merubah takdir dari Tuhan atas nasipku.

Selesai

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Kopi Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting